Kegiatan rumah tangga merupakan salah satu sektor penghasil sampah terbanyak di Indonesia. Mengingat pentingnya hal tersebut, PT Summarecon Agung Tbk melalui salah satu unit usahanya yaitu Summarecon Serpong bekerja sama dengan PT Shinko Teknik Indonesia membangun sebuah fasilitas pengolahan sampah teknologi hidrotermal berskala komersial pertama di Indonesia. Dengan nilai investasi senilai 50 miliar rupiah, Director Summarecon Serpong Magdalena Yuliati berharap dapat turut membantu pemerintah dalam proses pengolahan sampah. “Proses pembangunan dan pengembangan alat ini sampai beroperasi memakan waktu hingga tiga tahun. Prosesnya tidak mudah. Namun sebagai pihak swasta, kami ingin mencari teknologi proses sampah yang bagus dan tidak ingin membebani pemerintah,” ujarnya pada Tangerangnews.com pada Oktober 2016. Fasilitas tersebut didirikan di Kampung Carang Pulang, K Tangerang, Banten dan sudah diresmikan sejak 5 Oktober 2016. Dibangun di atas lahan seluas 5.000 m2, fasilitas ini diharapkan dapat mengolah sampah dari daerah perumahan dan kawasan perindustrian di Tangerang dan sekitarnya.
Teknologi hidrotermal adalah teknologi yang dapat mengolah wujud sampah menggunakan air dan tekanan uap. Kelebihan dari teknologi ini adalah lebih praktis karena tidak perlu memilah sampah serta hasil olahannya yang bermacam-macam dan dapat memiliki nilai jual. Pengolahan sampah berbasis teknologi hidrotermal dimulai dengan memasukkan massa sampah ke dalam reaktor, lalu disuntikkan uap jenuh bersuhu 200°C dan 200 MPa. Selanjutnya, di dalam reaktor dilakukan pengadukan selama satu jam dengan tetap menjaga suhu dan tekanan sesuai kondisi awal. Setelah proses pengadukan selesai, maka dilakukan pelepasan uap untuk menstabilkan kondisi reaktor sebelum dibuka dan diambil hasil olahan sampahnya berupa sludge yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan bakar pembangkit listrik hingga pakan hewan ternak. Sampai saat ini, reaktor tersebut diketahui mampu mengolah sampah dari Kawasan pengembangan Summarecon Serpong, Tangerang hingga kapasitas 25 ton per hari.
Proses pengolahan sampah dengan teknologi hidrotermal merupakan topik yang menarik untuk dikembangkan baik oleh pihak industri maupun peneliti. Salah satunya dari Insititut Teknologi Bandung yang tertarik mengoptimalisasi teknologi ini sehingga didapatkan hasil olahan sampah yang dapat digunakan sebagai kompos bagi tanaman. “Penelitian serupa untuk produk padatan juga menunjukkan potensi produk padat sebagai kompos, dengan kecepatan pematangan kompos yang jauh lebih tinggi, mampu menghasilkan kompos matang dalam waktu 11 hari dibandingkan dengan proses komposting konvensional yang membutuhkan waktu hingga tujuh pekan,” ujar Dr. Pandji Prawisudha, salah satu peneliti dari kelompok keahlian Konversi Energi Fakultas Teknik Mesin dan DIrgantara, ITB. Selain itu, teknologi sudah mulai dilirik untuk digunakan sebagai solusi pengolahan sampah di tingkat perkotaan. Kepraktisan penggunaannya serta hasil olahan sampahnya yang bernilai ekonomi dari teknologi ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas dan mampu menjadi solusi bagi pemecahan masalah sampah di negeri tercinta ini.